OLEH: Wilfridus Fon
(Mahasiswa IFTK Ledalero)
Perhelatan pemilu 2024 menjadi topik hangat diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia saat ini. Bahkan, hampir dalam pelbagai seri diskusi atau perdebatan yang diusung selalu berimplikasi dengan pemilu pada 2024 mendatang. Masyarakat begitu antusias dan berfokus pada perhelatan pemilu tersebut.
Berbarengan dengan itu, banyak figur berkeinginan kuat untuk ikut bertarung dalam perhelatan pemilu tersebut baik wajah baru maupun wajah lama.
Mereka adalah delegasi dari pelbagai partai politik di negeri ini. Mereka tampil dengan kualitas yang tak diragukan untuk menjadi pemimpin di masa depan.
Kendati demikian, sebelum menduduki kursi jabatan, mereka mesti memenangkan perhelatan pemilu terlebih dahulu.
Perjuangan untuk memenangkan pemilu laksana perjuangan seorang petinju dalam arena pertandingan. Dia akan menang bila menggunakan taktik tinju dengan baik, tetapi jika tidak ia akan terlempar dari arena pertandingan dan dinyatakan kalah.
Baca Juga: Problematika Otomatisasi terhadap Kaum Buruh (Sebuah Refleksi Kritis)
Prinsip serupa diterapkan dalam kontestasi politik. Setiap kandidat mesti menggunakan taktik politik dengan baik.
Ada sebuah adagium klasik berbunyi, “Sehebat-hebatnya seorang calon pemimpin tidak mungkin sukses kalau tidak didukung oleh tim yang kompak dan kuat”. Artinya, kerja keras dan kekompakan tim sukses menjadi faktor penentu bagi sang kandidat untuk tampil sebagai pemenang pasca pemilihan.
Tim sukses mesti cakap dalam mempromosikan citra sang kandidat. Usaha tersebut menjadi magnet untuk menarik simpati masyarakat.
Untuk itu, prinsip perjuangan dan segenap program yang digaungkan mesti relevan dengan kebutuhan masyarakat. Relevan berarti sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Karakter Pemimpin yang Dibutuhkan Masa Kini
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berhasil menciptakan perubahan di masyarakat. Untuk mencapai taraf ini, kualitas setiap bakal calon mesti disiapkan secara matang sedari dini.
Sebab mereka akan dihadapkan dengan ribuan masyarakat yang sedang merengek karena haus akan kesejahteraan, lapar akan keadilan dan dahaga akan eudaimonia.
Pemimpin adalah penggerak kelompok, masyarakat, atau bangsa yang dipimpinnya. Oleh karena itu, Ia mesti memiliki kemampuan yang memadai untuk menata kehidupan bangsa ke arah yang lebih baik.
Baca Juga: Phubbing dan Lunturnya Nilai Filosofi “Manga Hae Raes”
Artikel Terkait
Dua Pertanyaan untuk Gereja Katolik, Tanggapan atas 'Kasus Unclean Spirit' Daniel Mananta
Catatan untuk Kepala Desa: Hindari Politik Identitas dan Hidupkan Kembali Partisipasi Politik Masyarakat
Ekses Ganda Globalisasi dan Peran Lembaga Pendidikan dalam Merawat Identitas Kebudayaan Nusantara
Masalah Kerusakan Alam dalam Terang Ensiklik Laudato Si
Bisnis di Balik Layar: Kerja Sama antara Dokter dengan Pedagang Besar Farmasi dalam Penjualan Obat
Makna Upacara Penti di Manggarai Timur
Menjadi Garam Dunia Bagi Sesama
Minimnya Budaya Literasi di NTT
Mesias Politik dan Yesus Mesias, Relevansi dan Urgensi terhadap Kepemimpinan Kristiani
Perumpamaan Biji Sesawi dalam Kehidupan Sosial