Perempuan Juga Kesatria

- Jumat, 21 April 2023 | 08:48 WIB
Aloysius W Pareira (Dokpri )
Aloysius W Pareira (Dokpri )


OLEH: Aloysius W Pareira
(Guru sosiologi di SMAK St. Gregorius Reo)

Setiap tahun bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April. Peringatan tersebut untuk mengenangkan kembali perjuangan R A Kartini dalam merealisasikan kesetaraan gender dalam pelbagai aspek kehidupan.

Semua hal mengenai R A Kartini, senantiasa menawan untuk dihayati dalam kehidupan. Sepak terjang R A Kartini selalu diangkat jempol oleh kian banyak orang, khususnya perempuan saat ini.

Semenjak menjadi tokoh perempuan, banyak kisah-kisah inspiratif dan menarik tentang R  A Kartini. Ia juga dikenal sebagai rupawan (sosok) yang amat memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap kehidupan sosial, termasuk mengkritisi masalah ketimpangan kelas sosial, khususnya membela martabat kaum perempuan.

Manakala R A Kartini dikenal sebagai sosok yang rendah hati, konservatif, dan mempunyai komitmen yang luar biasa terhadap martabat perempuan, dari sanalah perempuan perlahan-lahan muncul dan tampil ke publik untuk memperjuangkan martabatnya agar diperlakukan sama dalam kehidupan sosial masyarakat.

Mengutip ramalan Futurolog John Naisbith (1955), bahwa ada sebuah gerakan kebangkitan perempuan yang sedang dan akan terus bergema di masa mendatang.

Baca Juga: Makna Penting untuk Kita, Ketika Murid-murid Yesus Lari Meninggalkan Dia

Naisbith berujar bahwa perempuan akan tampil dalam pelbagai aktivitas publik antara lain dalam bidang politik, ekonomi, teknologi serta dalam bidang lainnya. Ramalan John Naisbith tersebut, tidaklah bersifat imajinatif.

Namun mengartikan sebuah kenyataan hidup yang bersifat absolut, yang benar-benar nyata adanya, atau dalam kalimat sederhana bahwa fakta hiduplah yang berbicara karena perempuan bukan lagi sosok yang lemah, melainkan perempuan adalah manusia sama seperti kaum pria, mempunyai potensi-potensi yang hendak diaktualisasikan.

Penulis mencoba mengangkat eksistensi perempuan zaman dulu yang berasumsi bahwa perempuan terbungkus dalam kotak budaya yang mana laki-laki mendominasi dalam pelbagai peran.

Sebagai contoh, dalam politik dan pendidikan serta dalam pembangunan, keterwakilan perempuan sangat tidak diperbolehkan. Perempuan dianggap sebagai orang yang hanya sekadar ada atau menghiasi dunia tanpa melakukan sesuatu yang berguna.

Lebih mirisnya adalah perempuan dipandang sebagai objek dalam tanda kutip hanyalah pemuas nafsu seksual laki-laki. Dengan demikian, dalam literatur-literatur sejarah masa lalu, kita temukan kenyataan bahwa perempuan hanya memiliki tugas melayani suami, mengurus anak dan melakukan pekerjaan dalam berumah tangga.

Baca Juga: Memilih tanpa Didoping (Refleksi Kritis Menjelang Perhelatan Pemilu 2024)

Oleh karena itu, untuk menepis asumsi tersebut di atas, penulis mengutarakan peran perempuan yang pernah terukir dalam sejarah kehidupan bangsa Indonesia, yakni R A Kartini yang telah mempelopori emansipasi perempuan yang nota bene memperjuangkan hak dan martabat dari kaum perempuan dengan maksud adanya kesetaraan gender.

Bertolak dari pernyataan tersebut, dalam tulisan ini, penulis menghadirkan beberapa tokoh perempuan, yang berperan aktif dalam pelbagai bidang kehidupan ini, seperti: Megawati Sukarnoputri, Puan Maharani, Sri Mulyani dan masih banyak perempuan hebat lainnnya.

Eksistensi tokoh perempuan ini dalam wajah perpolitikan Indonesia tentunya membawa energi dan spirit baru untuk mengangkat martabat perempuan dalam pelbagai peran, fungsi, dan kedudukanbdalam kehidupan sosial masyarakat.

Halaman:

Editor: Waldus Budiman

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Guru Biologi Serbabisa, Bisa Apa?

Kamis, 27 Juli 2023 | 04:25 WIB

Fungsi Pajak dalam Pembangunan Ekonomi Negara

Rabu, 28 Juni 2023 | 09:58 WIB

Perbedaan Teknik Sipil dan Arsitektur

Selasa, 20 Juni 2023 | 16:11 WIB

KEBEBASAN DAN MARTABAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF

Jumat, 16 Juni 2023 | 20:41 WIB

Perempuan Juga Kesatria

Jumat, 21 April 2023 | 08:48 WIB
X