OLEH: Onsi GN
Sebagai pengantar dalam buku kumpulan puisi Nyanyian Lontar ini, Ati menyampaikan bahwa puisi-puisinya menyalurkan beragam hal yang terjadi dan sedang dirasakan oleh manusia pada umumnya.
Tentang manusia dengan Tuhan, manusia dengan kehidupan sosial, manusia dengan segala sisinya. Buku yang diterbitkan oleh penerbit Kuncup ini sangat menarik untuk digalih dan kita sama-sama raih maknanya.
Sebagai penikmat yang sering bertanya, nyanyian lontar membuat sebuah pemikiran khusus sehingga tidak mudah kita bahasakan secara utuh.
Dalam buku Nyanyian Lontar ini, Ati menulis 102 puisi yang membuat kita sadar dan semakin yakin bahwa perjalanan Ati dalam menghasilkan karya ini dalam keadaan yang sadar dan ingin menciptakan banyak penggemar dengan ditandai beberapa puisinya yang berbicara tentang nuansa romantika, sosial, dan budaya.
Baca Juga: Guru Sertifikasi Dapat Kabar Gembira dari Kemdikbud, Soal Tunjangan dan Linieritas
Berbicara tentang Nyanyian Lontar, ada sebuah kekhususan di sana. Sangat jelas tergambar ketika Ati ingin menuliskan tentang seorang ibu, seorang wanita, Ati meramunya ke dalam beberapa puisi, yaitu pada mata ibu, nona, perempuan di batas hujan, martina, selamat valentine martina, surat dari martina, singer dan ibu, cintai perempuan, dan perempuan-perempuan yang dijebak hujan.
Dari kesembilan puisi tersebut, Ati ingin menyampaikan bahwa perempuan layak dilukis, ditulis, dan dihargai. Dari puisi-puisi yang menyebutkan seorang perempuan itu, sangat meyakinkan bahwa Nyanyian Lontar merupakan ibu yang menghidupkan.
Sebagai pendukung dapat dilihat pada puisi Nyanyian Lontar 1 (hlm 79) yang mana di sana Ati menyebutkan ibu sebagai tempat yang paling indah menyimpan segalanya yang ditandai dengan kata bumi, pada bait ketiga.
Baca Juga: Ingin Terlihat Kencang? Sebagai Wanita Beberapa Cara Ini Bisa Kamu Lakukan untuk Merawat Payudara
Puisi-puisi yang berhasil diterbit dalam buku ini merupakan hasil dari kuatnya imajinasi penulis sehingga banyak negosiasi antara maksud dari penulis dan maksud dari pembaca. Oleh karena itu, mengutip sebuah pandangan puisi dari seorang penyair yang mengatakan “puisi itu bukan untuk dipahami namun puisi bergantung pada kenikmatan”.
Maksud penyampaian tersebut lalu kita kaitkan dengan Nyanyian Lontar ini sangatlah mutlak. Nyanyian Lontar bukan untuk dipahami, apabila kita membaca untuk memahami maka kita akan membacanya sekali saja dan tidak akan menemukan maksud.
Namun jika kita bergantung pada kenikmatan, maka kita akan membaca Nyanyian Lontar secara terus menerus karena ada kenikmatan di sana lalu pelan-pelan kita menemukan maksudnya.
Ada satu puisi pilihan yang menarik dan menjadi dasar dari Nyanyian Lontar dan akan dibahas berdasarkan pemahaman dan literatur sederhana pembaca.
Artikel Terkait
Guru Sertifikasi Dapat Kabar Gembira dari Kemdikbud, Soal Tunjangan dan Linieritas
Polisi Di Toraja Yang Sebar Opini Negatif Polri Di Medsos, Buat Pengakuan Dan Permintaan Maaf
Update Persiapan Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono
Kepo! Luna Maya Nasehat Ayu Ting Ting tentang Asmara Berikut Isinya
Waspada! Kantor Pinjaman Online Ilegal Digerebek Polisi
Waspada! Gunung Semeru Kembali Keluarkan Erupsi
Cek! Kue Unik Untuk Natal dan Tahun Baru Bahan Hanya Ini
Bukan Tidak Ingin Melawan. Ini Alasan Pria Memilih Diam saat Bertengkar dengan Pasangan
Ingin Terlihat Kencang? Sebagai Wanita Beberapa Cara Ini Bisa Kamu Lakukan untuk Merawat Payudara
Suporter Korea Selatan Fasih Bahasa Arab, Jurnalis asal Qatar Kaget, Ini Dua Kabar Unik dari Qatar